quiet luxury

Fenomena Quiet Luxury: Gaya Mewah Tanpa Logo yang Sedang Naik Daun

Fashion

◆ Pendahuluan

Kalau dulu kemewahan identik dengan logo besar dan gaya mencolok, sekarang justru kebalikannya.
Tren terbaru di dunia fashion, “Quiet Luxury”, mengubah cara orang memaknai kemewahan.

Quiet luxury bukan tentang menunjukkan status lewat logo mahal, tapi tentang keanggunan yang sederhana, kualitas tinggi, dan potongan busana yang timeless.
Gaya ini pelan tapi pasti sedang naik daun di Indonesia — terutama di kalangan profesional muda dan pencinta gaya minimalis modern.

Bukan cuma selebritas Hollywood seperti Kendall Jenner atau Sofia Richie yang mempopulerkannya, tapi juga influencer lokal yang mulai tampil dengan busana elegan tanpa embel-embel merek besar.

Fenomena ini mencerminkan pergeseran selera: orang kini lebih menghargai keaslian dan kualitas, bukan sekadar simbol status.


◆ Apa Itu Quiet Luxury?

Quiet luxury bisa dibilang sebagai kebalikan dari logomania — tren lama yang menonjolkan logo merek besar di setiap outfit.
Alih-alih tampil mencolok, gaya ini fokus pada kesederhanaan yang elegan, dengan bahan berkualitas tinggi, jahitan presisi, dan desain yang halus.

Busana quiet luxury biasanya hadir dalam warna netral seperti beige, putih, abu-abu, atau navy.
Modelnya simpel tapi sangat detail, dari potongan blazer yang sempurna sampai dress berbahan linen lembut yang tampak effortless tapi mahal.

Brand-brand seperti The Row, Loro Piana, Brunello Cucinelli, dan Totême jadi simbol utama tren ini di dunia internasional.
Sementara di Indonesia, desainer lokal seperti Sejauh Mata Memandang, IKYK, dan Sapto Djojokartiko mulai menghadirkan versi lokal dari gaya mewah nan tenang ini.

Quiet luxury bukan hanya soal pakaian, tapi juga filosofi hidup — bagaimana seseorang menunjukkan kepercayaan diri tanpa harus berteriak lewat merek.


◆ Mengapa Quiet Luxury Digandrungi di Indonesia?

Ada beberapa alasan kenapa tren quiet luxury dengan cepat diterima di Indonesia.

Pertama, masyarakat urban kini makin sadar pentingnya gaya hidup berkelanjutan.
Mereka lebih memilih pakaian yang tahan lama dan etis dibanding belanja impulsif untuk sekadar tampil “kaya”.

Kedua, munculnya kelas menengah baru dengan selera global yang lebih matang.
Banyak dari mereka lebih menghargai potongan sempurna dan bahan alami ketimbang sekadar status merek internasional.

Ketiga, media sosial juga berperan besar.
Setelah lama didominasi konten glamor, kini muncul tren “lowkey wealth” — orang kaya yang tampil sederhana tapi tetap berkelas.
Konten seperti “clean girl aesthetic” atau “old money style” makin memperkuat arah gaya ini.

Quiet luxury juga cocok dengan karakter budaya Indonesia yang cenderung tidak suka pamer berlebihan, tapi tetap ingin tampil rapi dan berwibawa.


◆ Elemen Khas Gaya Quiet Luxury

Untuk memahami tren ini lebih dalam, berikut beberapa elemen penting dari gaya quiet luxury:

  1. Warna Netral dan Lembut
    Warna seperti putih, krem, taupe, dan hitam jadi pilihan utama. Palet ini mudah dipadukan dan memberi kesan sophisticated.

  2. Material Premium
    Kain seperti kasmir, sutra, linen, dan wool halus jadi kunci utama. Kualitas bahan lebih penting daripada desain mencolok.

  3. Potongan Rapi dan Sederhana
    Gaya ini menghindari detail berlebihan. Fokus pada fit yang sempurna dan siluet yang elegan.

  4. Aksesori Minimalis
    Perhiasan kecil, tas tanpa logo besar, dan sepatu kulit klasik jadi andalan tampilan ini.

  5. Filosofi “Less Is More”
    Quiet luxury adalah bentuk kemewahan yang tenang — tampil mahal tanpa harus terlihat berusaha keras.

Tren ini bisa diterapkan siapa saja, dari pekerja kantoran sampai content creator, tanpa harus punya dompet tebal.


◆ Quiet Luxury di Dunia Selebriti dan Media

Fenomena quiet luxury mendapat sorotan besar setelah serial Succession mempopulerkan gaya keluarga Roy — para miliarder yang tampil sangat elegan tanpa logo.
Gaya ini kemudian diadaptasi oleh selebritas seperti Gwyneth Paltrow dan Sofia Richie dalam penampilan publik mereka.

Di Indonesia, beberapa influencer fashion seperti Ayla Dimitri, Patricia Gouw, dan Tasya Farasya juga mulai memadukan unsur quiet luxury dalam gaya mereka.
Mereka menampilkan paduan outfit netral, makeup lembut, dan aksesori sederhana yang tetap terlihat mahal.

Majalah fashion ternama pun mulai mengulasnya, menandai pergeseran tren global dari “show off wealth” menjadi “understated elegance.”


◆ Bagaimana Menerapkan Quiet Luxury Tanpa Harus Mahal

Banyak yang salah kaprah mengira quiet luxury hanya bisa dicapai dengan brand mahal. Padahal, gaya ini bisa diterapkan siapa saja dengan pendekatan cerdas.

Beberapa tipsnya antara lain:

  • Pilih bahan berkualitas tinggi. Fokus pada kenyamanan dan daya tahan, bukan sekadar label.

  • Kurangi pola dan logo besar. Semakin sederhana, semakin elegan.

  • Investasi di item klasik. Blazer netral, kemeja putih, celana linen, atau tas kulit sederhana bisa dipakai bertahun-tahun.

  • Perhatikan potongan dan ukuran. Pakaian dengan fit sempurna akan selalu terlihat mahal.

  • Rawat pakaian dengan baik. Quiet luxury bukan hanya tentang membeli, tapi juga menghargai.

Tren ini mengajarkan bahwa gaya elegan bukan soal banyaknya uang, tapi soal selera dan kesadaran memilih.


◆ Penutup

Fenomena quiet luxury menunjukkan bahwa dunia fashion sedang bergerak menuju arah yang lebih matang dan berkesadaran.
Tren ini bukan sekadar gaya berpakaian, tapi juga refleksi nilai baru: kualitas, kesederhanaan, dan keaslian.

Di tengah hiruk pikuk dunia digital dan budaya pamer, quiet luxury menjadi bentuk “perlawanan halus” — gaya yang tidak menuntut perhatian, tapi tetap memikat mata.

Indonesia dengan kekayaan budaya dan rasa estetikanya yang kuat punya potensi besar untuk mengembangkan gaya ini ke arah yang lebih lokal, personal, dan berkarakter.

Akhirnya, kemewahan sejati bukan tentang seberapa besar logo di bajumu, tapi seberapa nyaman dan percaya diri kamu saat mengenakannya.


Referensi: