Ini Lokasi Pembangkit Nuklir Pertama di RI, Pemerintah Incar Sumatera & Kalimantan

Goverment Technology

Rencana Strategis & Paramater Pemilihan Lokasi

bursatourstransfer.com – Pemerintah melalui Kementerian ESDM dan SKK Migas melakukan langkah strategis untuk memilih lokasi pembangkit nuklir pertama di RI. Hasilnya, sistem RUPTL 2025–2034 memasukkan dua sistem kelistrikan: Sumatera dan Kalimantan, dengan kapasitas masing-masing 250 MW—total 500 MW PLTN siap on‑grid.

Untuk pemilihan lokasi tepatnya, tim gabungan dari ESDM, BRIN, dan DEN memulai gugus tugas, mengutamakan area bebas gempa, jauh dari volcano dan tsunami, serta memiliki akses jaringan transmisi yang kuat .

Para ahli menyebut potensi besar pulau‑pulau kecil—terutama di Kalimantan Barat dan sekitar Sumatera Utara atau dekat Kepri dan Babel. Lokasi seperti Pulau Gelasa (Bangka Tengah) juga disebut‑sebut, pakai teknologi ThorCon molten salt reactor.

Kandidat: Sumatera & Kalimantan

Sumatera

Calon utama mencakup Sumatera Utara, dekat jalur transmisi ke Kepri dan Bangka Belitung. Infrastruktur sudah siap dan beban listrik tinggi dari Medan hingga Batam menjadikannya pilihan logis. Ditambah, beberapa pulau kecil tanpa penduduk jadi target ideal untuk PLTN dengan risiko rendah bagi masyarakat sekitar.

Kalimantan

Kalimantan juga diproyeksikan sebagai lokasi kedua PLTN 250 MW, khususnya di Kalimantan Barat. Wilayah ini minim gempa, bebas gunung api, dan cocok masuk ke jaringan listrik nasional. Dukungan Listrik Jawa dan jalur kabel HVDC antara pulau makin diperkuat sebagai konektor.

Pulau-Pulau Kecil sebagai Lokasi Alternatif

Tak hanya daratan besar, pemerintah juga sudah memetakan pulau‑pulau kecil tak berpenghuni sebagai lokasi potensial.
Contohnya:

  • Pulau Gelasa di Babel yang sudah punya studi ThorCon dan zonasi tata ruang sedang diproses.

  • Strategi serupa di Kalbar dan Babel: pulau sejalur jalur transmisi Kalimantan–Jawa menjadi alternatif logis.

Pendekatan ini menjawab tantangan sosial, menghindari risiko paparan penduduk, dan memungkinkan penyebaran teknologi modular dengan footprint minimal.

Persiapan & Tantangan Utama

  1. Nepio & Gugus Tugas
    Pemerintah sedang menyiapkan NEPIO dan tiga gugus tugas untuk kajian lokasi, prosedur keamanan, dan kesiapan infrastruktur.

  2. Teknologi Reaktor
    Pilihan teknologi PLTN mencakup SMR, HTGR, Thorium molten salt. ThorCon di Pulau Gelasa jadi model terkini.

  3. Regulatory & Sosialisasi
    Pemerintah tinggal selesaikan dua perpres penting: Go‑Nuklir dan pembentukan Nepio. Persetujuan masyarakat jadi kunci—terlihat dari studi suara publik >60 % di Babel. Tantangan lain: biaya besar, manajemen limbah, dan keamanan jangka panjang.

  4. Konektivitas Jaringan Listrik
    Pulau Kalbar/Sumatera kecil perlu jaringan HVDC bawah laut untuk koneksi ke beban pulau Jawa. Teknologi ini mirip North Sea Link di Eropa.

Timeline & Target Operasional

Pemerintah menargetkan pembangkit nuklir pertama operasional pada 2032–2033. Proyek demo ThorCon di Gelasa mulai impor 2028, PT ThorCon Indonesia berencana bangun reaktor 250 MW dengan investasi sekitar Rp 17 triliun.

Pemilihan lokasi pembangkit nuklir pertama di RI tengah difokuskan di dua sistem: Sumatera dan Kalimantan. Pemilihan ini sesuai parameter keamanan alam, akses listrik, dan kesiapan masyarakat. Pulau kecil seperti Gelasa sudah jadi pionir dalam studi modular.

Tentu, masih banyak tantangan: regulasi, safety, investasi, jaminan sosial. Namun kecenderungan global terhadap pilihan alternatif energi nuklir menjadikan rencana ini semakin realistis.

Rekomendasi & Langkah ke Depan

  • Tingkatkan sosialisasi publik untuk dukungan lokal.

  • Percepat pembentukan NEPIO & perpres ‘Go Nuklir’ untuk memberi kepastian hukum.

  • Integrasi jalur transmisi antar-pulau (HVDC) sebagai fondasi sistem nasional modern.

  • Alih teknologi reaktor modular (SMR/ThorCon) untuk inovasi dan skalabilitas.

  • Evaluasi dini infrastruktur keamanan & limbah jangka panjang lewat kajian mendalam.

Kalau semua langkah dijalankan dengan matang, maka proyek PLTN pertama bisa jadi tonggak era baru energi Indonesia: aman, hijau, dan handal.